Bulan: Oktober 2023

7 Cagar Alam di Indonesia Dan Flora Fauna yang Dilindungi

7 Cagar Alam di Indonesia Dan Flora Fauna yang Dilindungi

pariwisatasulut.com – Indonesia memiliki bermacam flora dan fauna yang memikat. Tetapi, beralihnya keadaan alam membuat mereka perlu diproteksi dan ditaruh di cagar alam. Apakah sudah kamu ketahui apa cagar alam di Indonesia?

Tidak bisa disangkal jika ada beragam peralihan yang terjadi pada alam. Ini dapat disebabkan karena faktor alamnya sendiri, atau dampak manusia yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, sejumlah tempat alami tidak bagus untuk jadi rumah flora dan fauna.

Untuk jaga kelestariannya, dilaksanakanlah pelestarian flora dan fauna. Contohnya, ada cagar alam hingga hewan dan tumbuhan masih tetap bisa mengalami perkembangan dengan alami. Maka makhluk hidup dan ekosistemnya masih tetap terlindung dan tahan lama. Di Indonesia, ada beberapa cagar alam sebagai rumah beragam flora dan fauna. Cagar alam di Indonesia ini bisa dijadikan tempat riset sekalian mengenali lebih jauh kehidupan flora dan fauna yang ada di dalamnya.

Tetapi, harus dipahami, kita jangan asal-asalan masuk ke dalam wilayah cagar alam, ya. Ini karena kita membutuhkan surat ijin lebih dahulu dari Balai Pelestarian Sumber Daya Alam (BKSDA) di tempat. Tentu saja, tidak untuk berwisata. Kenapa kita jangan berekreasi di cagar alam? Pertama kali, peranan cagar alam sendiri untuk keperluan riset dan peningkatan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan aktivitas budi daya, dan konservasi lingkungan. Bila jadi tempat untuk kegiatan wisata umum, karena itu dicemaskan akan ada kerusakan lingkungan komunitas flora dan fauna tertentu. Itu penyebabnya, membutuhkan ijin khusus untuk memasukinya.

Jika kita salah satunya orang yang untung dapat masuk cagar alam, sebaiknya masih tetap meng ikuti ketentuan yang terdapat, ya. Contohnya, tidak buang sampah asal-asalan, tidak mengusik satwa, tidak ambil apapun itu yang berada di teritori.

Harus dipahami, pelanggaran ini dapat terserang permasalahan hukum, lho. Ditambah lagi ini adalah teritori yang diproteksi orang negara.

Baca Juga : Imbas Dari Berkurangnya Populasi Orangutan Bagi Alam

Daftar Cagar Alam di Indonesia

Berikut list cagar alam di Indonesia yang penting kita kenali, dan flora dan fauna yang diproteksi didalamnya.

Cagar Alam Maninjau Sumatera Barat

Salah satunya cagar alam di Indonesia yang membuat perlindungan sekalian melestarikan flora dan fauna sampai selalu terlindungi di masa datang yakni Cagar Alam Maninjau. Cagar Alam Maninjau ini berada di Resort Agam, Sumatera Barat. Di sini, ada beberapa tumbuhan dan hewan yang diproteksi hingga dapat lestari di alam liar.

Ada beberapa tumbuhan sangat jarang yang diproteksi dalam Cagar Alam Maninjau. Contohnya bunga Raflesia Arnoldi yang dulu pernah tumbuh capai diameter 107 cm. Tempat ini jadi komunitas asli dari beberapa hewan buas sumatera seperti harimau sumatera, beruang madu, burung enggang, siamang, kucing rimba, kijang, kancil, dan ada banyak yang lain.

Cagar Alam Waigeo Barat Papua

Cagar Alam Waigeo Barat menjadi satu diantara cagar alam di Indonesia seterusnya sebagai rumah banyak flora dan fauna sangat jarang. Cagar alam yang ini berada di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Dengan luas sejumlah 153.000 hektar.

Tentu saja, ada beberapa tipe tumbuhan atau hewan sangat jarang yang diproteksi dalam Cagar Alam Waigeo Barat. travelersian dapat temukan pohon cemara, daur, myotah, matoa, sampai bakau. Sementara penghuni yang lain berbentuk hewan mencakup burung cendrawasih, bandikut, kuskus, dan yang lain. https://www.pariwisatasulut.com/

Cagar Alam Anak Krakatau Lampung

Lampung menjadi satu diantara daerah di Indonesia yang ditujukan untuk cagar alam. Buat membuat perlindungan flora dan fauna sangat jarang. Cagar alam di Indonesia namanya Anak Krakatau ini berada di di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Persisnya di daerah Selat Sunda, Indonesia.

Cagar alam yang dapat dijangkau memakai lajur perairan ini jadi rumah dari bermacam tipe jamur, lichenes, tumbuhan paku, dan Spermatophyta. Cagar alam yang mencakup teritori Gunung Krakatau Purba, Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Gunung Anak Krakatau adalah rumah beragam fauna. Dimulai dari spesies mamalia, aves, sampai reptil.

Menariknya kembali, cagar alam ini kerap kali dijadikan object riset karena keadaan dan peristiwa alam yang bermacam khususnya kegiatan vulkaniknya.

Cagar Alam Way Kambas Lampung

Cagar alam di Indonesia selanjutnya ialah Way Kambas yang berada di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur. Cagar alam atau yang disebutkan sebagai Taman Nasional Way Kambas ini adalah teritori pelestarian flora dan fauna sangat jarang di sumatera.

Sejumlah hewan diproteksi yang ada dalam Way Kambas adalah badak Sumatrea, gajah sumatera, harimau sumatera, mentok rimba, buaya sepit, kijang, tapir, rusa, sampai beruang madu. Ada pula beragam tipe primata seperti lutung, owa, siamang, dan yang lain. Disamping itu, terdapat bermacam tipe burung diantaranya burung bangau tongtong, sempidan biru, kuau raja, dan sejumlah burung lain.

Sementara untuk tumbuhan yang terbanyak diketemukan pada Cagar Alam Way Kambas adalah api-api, pidada, nipah, dan pandan.

Cagar Alam Gunung Leuser Aceh

Hampir tiap daerah di Indonesia memiliki tempat untuk pelestarian flora dan fauna. Di Nangroe Aceh Darussalam contohnya, ada Cagar Alam Gunung Leuser. Secara administratif, cagar alam yang ini berada antara dua propinsi persisnya Aceh dan sumatera Utara.

Teritori ini adalah tempat konservasi yang memiliki ekosistem asli hingga bisa membuat perlindungan flora dan fauna didalamnya. Ada bermacam spesies yang familier atau sangat jarang di Cagar Alam Gunung Leuser. Di sini, kita bisa temukan lebih dari 4.000 flora. Dimulai dari durian rimba, rambutan rimba, limus, Rafflesia athensis, anggrek sepatu, kantong semar, dan sebagainya.

Sementara untuk faunanya, terdaftar ada lebih dari 127 mamalia, 387 aves, dan 89 tipe satwa sangat jarang. Sejumlah salah satunya yakni badak sumatera, orangutan, rusa sikat, gajah sumatera, harimau sumatera, ikan jurung, dan ada banyak .

Cagar Alam Karang Berlubang Jawa tengah

Sementara itu di Pulau Jawa, ada Cagar Alam Karang Berlubang yang berada di Cilacap, Jawa tengah. Cagar alam ini berada di Dusun Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa tengah. Disamping itu, kita bisa berkunjung tempat monumental warisan Portugis berbentuk goa dan benteng yang dibuat saat penjajahan.

Flora dan fauna yang diproteksi dalam teritori ini beberapa ada dalam ekosistem perairan. Contoh-contoh flora yang ada dalam Cagar Alam Karang Berlubang salah satunya pulai, buni, keben, beringin, hantap daun besar, hantap elang, sampai soka merah. Sementara untuk faunanya mencakup burung elang laut perut putih, burung julang emas, burung bubut Jawa, lutung Jawa, sampai tipe reptil ular kobra.

Cagar Alam Kawah Ijen Jawa Timur

Cagar alam di Indonesia yang lain ialah Kawah Ijen yang berada di Propinsi Jawa Timur. Teritori pelestarian alam yang ini simpan beragam keberagaman hayati untuk diproteksi dan dilestarikan. Ada bermacam tipe flora di Cagar Alam Kawah Ijen yang diketahui sejumlah lebih dari 86 tipe. Dimulai dari semak, epifit, perdu, tumbuhan bawah, pohon, sampai rumput.

Sementara untuk faunanya, terbagi dalam macan kumbang atau tutul, kucing rimba, lutung jawa, tupai terbang, banteng, dan lain-lain. Itulah sejumlah cagar alam di Indonesia sebagai rumah beragam flora fauna.

Untuk travelersian yang berminat untuk bertandang, janganlah lupa untuk memperlengkapi diri peralatan outdoor yang oke sepanjang traveling.

{ Add a Comment }

Imbas Dari Berkurangnya Populasi Orangutan Bagi Alam

Imbas Dari Berkurangnya Populasi Orangutan Bagi Alam

pariwisatasulut.com – Menyusutnya populasi orangutan sebanding lempeng secara menyusutnya komunitas untuk orangutan. Menyusutnya komunitas orangutan berbentuk rimba hujan tropika membuat orangutan kesukitan untuk hidup dan berkembang biak karena kehilangan sumber makanan dan tempat hidupnya. Mengakibatkan jika orangutan makin lama populasinya akan menyusut karena tidak ada sumber makanan (ini yang terpenting). Disamping itu pemburuan orangutan yang masif ikut kurangi populasi orangutan.

Imbas dari menyusutnya populasi orangutan ialah menyusutnya agen dispersal (penebar) biji tumbuhan rimba. Orangutan adalah hewan omnivora yang bisa makan tumbuhan atau hewan. Makanan khusus orangutan ialah buah-buahan yang ada di rimba. Buah-buahan itu biasanya memiliki biji. Biji yang ada pada buah yang dikonsumsi orangutan bisa menyebar jauh dari pohonnya karena buah itu dibawa orangutan untuk dikonsumsi. Bijinya yang kebuang di sepanjang perjalanan orangutan, tumbuh dalam sekian hari selanjutnya jadi tumbuhan baru. Ada agen dispersal (penebar) biji ikut menolong kelangsungan rimba hujan tropika karena biji yang tumbuh jadi pohon nantinya bisa jadi komunitas untuk beragam organisme atau sumber pakan pada buahnya. Bila tidak ada agen dispersal itu, karena itu biji pohon yang terdapat cuma tumbuh disekitaran pohonnya saja hingga susah untuk temukannya pada bagian lain pada rimba. Ini makin lama akan kurangi keberagaman hayati di rimba. Disamping itu biji yang tumbuh di dekat pohonnya dengan jumlah banyak bisa memacu persaingan akan air, nutrien, dan sinar hingga bisa mengecilkan kesempatan biji agar dapat berkembang dan tumbuh.

Baca Juga : Sumber Daya Alam Melimpah Jadi Petaka Buat Papua

Orangutan Kalimantan Terancam Musnah

Orangutan Kalimantan ( Pongo Pygmaeus ) adalah satwa epidemik yang hidup di wilayah rimba hujan tropis di pulau Kalimantan yang populasinya sedikitnya dan alami teror kemusnahan. Di sekitar komunitasnya, primata ini lebih banyak dicari karena dipandang hama dan dijualbelikan dengan illegal. Lalu apa yang dapat dilaksanakan membuat perlindungan spesies ini?

Populasi orangutan makin alami pengurangan karena rusaknya komunitas, karena pembalakan rimba, kebakaran rimba dan tempat karena peristiwa cuaca seperti badau El Nino dan musim kering berkelanjutan dan ciutnya luas rimba di pelestarian untuk pertanian, perkebunan sampai pemukiman. Memberi pelindungan dan konservasi pada orangutan bukan kasus gampang. Pelindungan terbaik untuk orangutan ialah membuat perlindungan komunitasnya.

Sebagai usaha pengamanan populasi orangutan, pemerintahan bersama Yayasan Borneo Orangutan Survival melepaskan lagi 10 orangutan ke komunitas anyarnya di Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya Kalimantan tengah. Saat sebelum dilepaskan, orangutan itu sudah melalui proses pemulihan dan reintroduksi sepanjang tahun.

Sepuluh orangutan itu terdiri dari 2 orangutan jantan dan delapan orangutan betina. Mereka dikirimkan ke Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya (TNBBBR) daerah kerja Resort Roboh Hiran, Seksi Pengendalian Taman Nasional Daerah II Kasongan. https://www.pariwisatasulut.com/

Dengan pelepasliaran 10 orangutan ini, minimal 199 orangutan yang telah dilepaskan di TNBBBR semenjak 2016 lalu, Yayasan BOS bersama Pemerintahan sudah 27 kali lakukan pelepasliaran kelokasi TNBBBR dan dengan lokasi lain, Yayasan BOS sudah melepaskan 515 orangutan ke habibat aslinya di Kalimantan tengah dan Kalimantan timur dengan perincian 389 orangutan dilepaskan di Kalimantan tengah dan 126 di Kalimantan timur.

Pada realitanya, 70 % lebih orangutan hidup di luar teritori pelestarian. Karena itu Yayasan BOS kerja sama dengan faksi swasta agar tahu apakah yang harus dilaksanakan jika ada orangutan. Perselisihan perusahaan dengan satwa liar dapat menyusut bila pengetahuan pada pelindungan satwa dan komunitasnya dipunyai perusahaan. Mudah-mudahan komunitas orangutan Kalimantan selalu terlindungi dan jadi rumah yang sangat nyaman untuk orangutan.

{ Add a Comment }

Sumber Daya Alam Melimpah Jadi Petaka Buat Papua

Sumber Daya Alam Melimpah Jadi Petaka Buat Papua

pariwisatasulut.com – Di tengah-tengah sumber daya alam yang berlimpah, Papua sampai sekarang ini tetap berusaha untuk keluar kemiskinan yang menjeratnya. Beragam usaha digalakkan untuk menggerakkan propinsi itu maju seperti pemberian Dana Otonomi Khusus. Tetapi, program itu sedikit membalikkan keadaan propinsi itu.

Semenjak 2001, pemerintahan pusat sudah mengirim Dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk Papua. Catatan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), pemerintahan sudah menggulirkan dana sekitar Rp 138,65 triliun lewat pola itu sampai 2021 kemarin. Luapan dana dengan jumlah besar itu diharap sanggup percepat pembangunan, sesuai teori big push pada ekonomi.

Tetapi, INDEF memandang jika usaha itu belum sukses. Dana besar yang digulirkan pemerintahan pusat tidak berpengaruh krusial pada usaha lebih memajukan Papua.

“Dana Otsus di Papua belum sukses jadi big push. Ia cuma tingkatkan APBD, cuma tingkatkan PDRB perkapita yang krusial secara statistik,” kata Berly Martawardaya, Direktur Penelitian INDEF, dalam dialog dan diseminasi laporan penelitian: Sumpah Sumber Daya Alam di Tanah Papua, pada Senin (19/12).

INDEF bersama Greenpeace sudah lakukan riset dalam berkaitan peristiwa kekayaan sumber daya alam yang lebih besar di Papua, yang tidak sanggup menggerakkan kesejahteraan di daerah tersebut. Dalam ilmu ekonomi, keadaan itu seperti ironi yang dikenali sebagai sumpah sumber daya alam.

Secara simpel, istilah itu memiliki makna negara atau daerah yang memiliki sumber daya alam berlimpah, terutama yang tidak terbarukan seperti minyak dan tambang, condong memiliki kemajuan ekonomi lebih lamban.

Sepanjang implementasi dana Otsus, beberapa patokan seperti kemiskinan, kesehatan sampai pendidikan di Papua memang alami pembaruan, tapi perolehannya masihlah jauh di bawah perolehan propinsi lain.

“Semestinya, dengan uang yang sebegitu banyak, dapat semakin tinggi. Hingga ringkasannya, jika terjadi sumpah sumber daya alam di Papua pada bidang pendidikan, rimba, kesehatan, sanitasi dan angka keinginan hidup,” tutur Berly.

Secara statistik dan kuantitatif, lanjut Berly, sumpah sumber daya alam di Papua terjadi di luar masalah dana. Dalam angka, Penghasilan Lokal Regional Bruto (PDRB) dan Bujet dan Penghasilan Berbelanja Wilayah (APBD) memang bertambah. https://www.pariwisatasulut.com/

“Tapi efeknya dengan manusia ada tidak? Itu yang penting diganti di Otsus jilid dua, hingga efeknya berkaitan. Karena jika cuma uang, uangnya dari Otsus dapat berbeda. Dari tambang dapat habis. Tetapi untuk manusia, jika sudah dibuat, ia terus akan bawa faedah sepanjang satu angkatan ataupun lebih,” tutur Berly.

Kehilangan Rimba Alam

Salah satunya masalah berkenaan sumber daya alam di Papua ialah lenyapnya daerah rimba secara masif dalam dua dasawarsa paling akhir. Keadaan itu terang bikin rugi karena rimba di Papua termasuk ke tiga daerah di dunia dengan keadaan rimba yang lumayan baik di mana Papua bersama dengan Amazon dan Kongo.

“Penelitian Greenpeace, dalam dua dasawarsa paling akhir tanah Papua kehilangan 641 ribu hektar rimba alam, dan jika kita saksikan, deforestasi bertambah semenjak tahun 2012, pucuk kehilangan terluasnya pada tahun 2015,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Rimba Greenpeace Asia Tenggara, dalam dialog yang masih sama.

Kiki menjelaskan data riset dari Global Forest Watch, Universitas Maryland, Amerika Serikat, yang menulis jika tahun 2001-2020 propinsi Papua kehilangan 438 ribu hektar rimba. Lima kabupaten dengan deforestasi paling luas ialah Merauke, Boven Digul, Nabire, Mimika dan Mappi. ” Di Merauke terdaftar 92 ribu hektar, dan di Boven Digul 69 ribu hektar,” detailnya.

Sementara di propinsi Papua Barat, rimba alam yang lenyap selebar 203 ribu hektar, dengan 5 kabupaten paling tinggi ialah Fak-Fak, Teluk Bintuni, Sorong, Manokwari dan Kaimana.

Industri ekstraktif yang terakhir beralih ke Papua, dan pembangunan provinsi-provinsi baru jadi faktor yang memengaruhi deforestasi.

Kiki menerangkan jika sekarang terdapat empat tipe hal pemberian izin usaha yang berpengaruh besar pada deforestasi di Papua. Ke-4 usaha itu ialah pertambangan, Rimba Tanaman Industri (HTI), Hak Pemberdayaan Rimba (HPH) dan perkebunan kelapa sawit. Sekitar 20 % dari semua tanah Papua, sudah dibebani ijin atau konsesi dari 4 tipe konsesi itu, kata Kiki.

“Jika kita saksikan peta daerah pertambangan Papua, karena itu 80 % daerah tanah Papua itu sisi dari daerah usaha pertambangan. Maknanya, jika daerah Papua ini telah dipetakan, ada kekuatan, ia masuk ke daerah usaha pertambangan, walaupun itu masihlah jauh, tapi ini mempunyai potensi,” sambungnya.

Sekarang ini, ada 1,88 juta hektar perkebunan sawit di Papua, dengan perincian 1,tiga juta hektar ada di propinsi Papua dan 516 ribu hektar di Papua Barat. Perkebunan sawit paling besar pada dua propinsi itu ada di kabupaten Merauke, Boven Digul, Mappi, Teluk Bintuni dan Sorong.

Posisi Warga Adat

Memberi respon keadaan berkenaan sumpah sumber daya alam Papua, Antropolog dari Universitas Cenderawasih, Papua, Gerda Numberi mengatakan jika terdapat tiga faksi khusus yang sanggup bawa propinsi itu keluar jerat sumpah tersebut.

“Pertama, itu dari pemilik sumber daya alam tersebut, yakni warga Adat. Ke-2 , dari pemerintahan dalam masalah ini pemprov dan pusat. Ke-3 itu, ialah beberapa faksi ke-3 atau korporasi yang umumnya memakai, manfaatkan atau mengeksplorasi sumber daya alam yang berada di Papua dan Papua Barat,” katanya.

Tetapi sayang, ke-3 faksi itu, lanjut Gerda, memiliki ide pendayagunaan rimba dan sumber daya alam yang berbeda.

Opini seirama dikatakan Filep Wamafma, Anggota Dewan Perwakilan Wilayah (DPD) dari Papua. Dari 3 faksi itu, warga Adat Papua berprinsip jika alami mendukung, memberikan, dan membuat perlindungan kehidupan.

“Jika pemerintahan tidak. Jika investor tidak. Alam itu memberi modal yang lebih besar, kekayaan yang lebih besar untuk negara. Alam sediakan sumber penghasilan wilayah yang lebih tinggi, alam datangkan investasi yang lebih besar,” tutur Filep.

Keadaan itu selanjutnya mengakibatkan pertentangan di antara kebutuhan investor, warga dan pemerintahan. Sayang, lanjut Filep, pemerintahan lebih cenderung memberikan dukungan kebutuhan investasi.

Berpengaruh pada Separatisme

Ketidakserasian di antara pemerintahan dan warga membuat keadaan yang tidak aman yang bisa berpengaruh panjang. Periset Tubuh Penelitian dan Pengembangan Nasional (BRIN), Prof Cahyo Terakhir menjelaskan, kerusakan lingkungan akan membuat ketaknyamanan dalam masyarakat Adat Papua. Kerusakan tersebut disebabkan oleh pembangunan yang fokus pada kapitalisme, yang didorong dengan perusahan dan pemerintahan sendiri.

“Ini akan condong munculkan marjinalisasi dan distrust dari warga Adat Papua, dan pada akhirannya akan menggerakkan perselisihan pembagian diri atau perselisihan separatisme. Hingga di antara kerusakan lingkungan, human insecurity dan perselisihan separatis sama-sama berkaitan,” terang Cahyo.

Ia menambah, bila alam dan rimba Papua rusak, warga Adat jadi riskan. Keadaan ini mendatangkan hati tidak jadi sisi dari bangsa Indonesia.

“Dan mereka memiliki mimpi untuk kembali lagi ke rumah lama, rumah tua mereka, yakni teritori Melanesia, atau ingin memisah diri dari Indonesia,” jelasnya.

{ Add a Comment }